Pengembangan Desain Sarana Bantu Pelindung dalam Kegiatan Menyetrika Bagi Pengguna Tunanetra
Keywords:
Tunanetra, Kegiatan Menyetrika, Bahaya, Desain InklusifAbstract
Tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti penglihatan yang rusak. Kata ‘tuna’ yang berarti rusak atau cacat dan ‘netra’ yang berarti mata atau penglihatan. Tunanetra meliputi buta total (blind) dan low vision (masih sedikit memiliki residu penglihatan). Seorang Tunanetra dituntut untuk hidup produktif dan mandiri layaknya orang dengan mata awas. Salah satu kegiatan sehari-hari dengan risiko tinggi adalah menyetrika pakaian karena seseorang mungkin akan berkontak dengan suhu yang cukup panas. Pada orang normal, kegiatan menyetrika memiliki risiko tersengat panas setrika, maka risiko tersebut menjadi lebih tinggi bagi pengguna tunanetra. Pendekatan inklusif dipilih dengan melibatkan pengguna buta total sejak lahir sebagai persona. Tujuan perancangan adalah untuk memberikan keamanan pengguna tunanetra terhadap panas setrika. Perancangan diawali dengan penggalian masalah berupa wawancara dan observasi. Temuan menunjukkan bahwa pengguna tunanetra yang sudah terbiasa dengan penggunaan setrika masih takut terhadap sengatan setrika. Hal ini menyebabkan keengganan pengguna, khususnya buta total, dalam melakukan aktivitas menyetrika secara mandiri. Gagasan solusi dibangun berdasarkan kapabilitas dan persepsi pengguna terhadap panas untuk menghasilkan pelindung setrika bagi pengguna tunanetra dari sengatan panas. Penggunaan material isolator berjarak dari sumber panas digunakan untuk menhindari sengatan dan radiasi panas setrika. Material yang digunakan adalah akrilik dan silikon. Pemasangan magnet sebagai komponen sambungan produk menggunakan magnet berguna untuk memudahkan pengguna saat akan memasangkan produk pada badan setrika dan juga memberikan penanda orientasi kiri dan kanan, atas dan bawah. Evaluasi purwarupa menunjukkan keberhasilan perbedaan suhu antara komponen metal setrika (74oC) dengan pelindung setrika yang dikembangkan (33oC) di suhu optimal aktivasi sebelum pemutus panas bekerja. Masukan subjektif menunjukkan persepsi positif terhadap kegiatan menyetrika dan meningkatkan kemandirian. Manfaat dari peningkatan rasa aman individu untuk melakukan kegiatan menyetrika adalah potensi peningkatan kemandirian pengguna dalam berkegiatan meningkat.
References
Annet, J. (2003). Hierarchical Task Analysis. In E. Hollnagel (Ed.), Handbook of Cognitive Task Design (1st ed., pp. 17–35).
Widjaya, A. (penyusun); Chrisna (penyunting). (2017). Seluk-beluk tunanetra & strategi pembelajarannya / Ardhi Widjaya; penyunting, Chrisna. Yogyakarta: Javalitera
Arifin Ashar. (2021, June 28). 10 Bagian Bagian Setrika dan Prinsip Kerja Setrika Listrik https://www.carailmu.com/2021/06/prinsip-kerja-setrika.html
Brebahama, A. (2017, 01 24). Gambaran Tingkat Kesejahteraan Psikologis Penyandang Tunanetra Dewasa Muda, (Vol. 2 No. 1 (2016): JUNE).https://doi.org/10.21776/ub.mps.2016.002.01.1
Cattaneo, Z., & Vecchi, T. (2011). Blind Vision: The Neuroscience of Visual Impairment. MIT Press.
Chammas, A., Quaresma, M., & Mont’Alvão, C. (2015). A closer look on the user centred design. Procedia Manufacturing, 3, 5397-5404.
Corn, A. L., & Erin, J. N. (2010). Perspective on Low Vision. In A. L. Corn & J. N. Erin (Eds.), Foundations of Low Vision: Clinical and Functional Perspectives (2nd ed.). American Foundation for the Blind
Polanyi, M. (2012). Personal knowledge. Routledge
Utomo, U. (2021). Keterampilan Orientasi Mobilitas (OM) bagi Tunanetra.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 SERENADE : Seminar on Research and Innovation of Art and Design
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.